![]() |
Tari Tor Tor Sipitu Cawan (Fhoto : Sumutrealita.com) |
ASAHAN, Sumutrealita.com – Ribuan penonton sangat takjub melihat penampilan tari Tor Tor Sipitu Cawan yang ditampilkan oleh 6 orang penari dari sanggar tari yang berasal dari Pangururan, Samosir pada acara Pangelaran Seni Budaya Daeah (PSBD) Asahan ke III yang digelar etnis Batak Toba pada Jumat malam (28/7/2017).
Tarian ini tergolong tarian sakral dan hanya ditampilkan di acara-acara tertentu saja. Selain kesakralannya, tarian ini memiliki gerakan yang sangat unik dan cukup sulit, sehingga tidak bisa dilakukan oleh sembarang penari. Namun karena itulah, Tari Tor Tor Sipitu Cawan ini tergolong sebagai tarian yang mempunyai nilai seni yang tinggi.
Menurut legenda masyarakat Batak, Tari Tor Tor Sipitu Cawan ini merupakan tarian yang diturunkan oleh tujuh bidadari dari khayangan saat mereka berada di sebuah kolam jernih di lereng gunung Pusuk Buhit.
Dalam budaya masyarakat Batak, tarian ini tergolong tarian yang bersifat sakral sehingga sejak dulu tarian ini hanya ditampilkan pada acara-acara tertentu seperti pengukuhan Raja ritual adat, dan berbagai acara suci lainnya serta acara sakral lainnya. Hingga kini aturan tersebut masih ditaati oleh masyarakat Batak, sehingga sangat jarang bagi kita untuk bisa melihat pertunjukan Tari Tor Tor Sipitu Cawan ini sewaktu-waktu.

Tari Tor Tor Sipitu Cawan ini tentu memiliki makna serta arti khusus di dalamnya, terutama pada segi gerak dan property yang digunakan untuk menari. Menurut budaya masyarakat Batak, setiap cawan (sejenis wadah seperti mangkok) yang digunakan para penari mewakili prinsip hidup masyarakat Batak. Begitu juga setiap gerakan dalam tarian ini juga memiliki nilai-nilai serta filosofi tersendiri yang mewakili budaya masyarakat di sana.
Penonton semakin takjub ketika salah seorang penari maju kehadapan pengunjung sambil mamimpis air dari dalam cawan dengan menggunakan ranting dedaunan yang dipegang kedua tangannya. Sambil berjalan si penari memasukkan ranting dedaunan ke dalam cawan yang berisi air jeruk perut lalu dipispiskannya ke segala penjuru. Gerakan ini dulunya diyakini masyarakat Batak Toba untuk membersihkan lokasi tempat tarian digelar.

Penampilan mereka ini sontak saja membuat pengunjung berteriak riuh sambil tepuk tangan pasalnya gerakan mereka ini membutuhkan keseimbangan dan membutuhkan latihan yang cukup lama. Selain itu sipenari harus membuat gerakan tarinya sambil mengikuti irama music gondang .
Selain tari Tor Tor Sipitu Cawan pada acara ini juga menampilkan tarian lain seperti tari Sibunga Jambu, lagu lagu daerah Batak Toba.

Ditempat terpisah Ketua Panitia PSBD Asahan ke III, Sofian Yoga juga mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasi seluruh pihak yang telah mendukung acara ini. Ia mengharapkan agar acara PSBD ini janganlah hanya seremonial saja namun acara ini dapat memperkuat silahturahmi seluruh masyarakat Asahan tanpa membeda bedakan etnis dan golongan namun saling bahu membahu membangun Indonesia khususnya Asahan.
(Man)
Post a Comment
Facebook Disqus