/*-- Start Maintenance Template -- */ /*-- Akhir Maintenance Template -- */

Ads (728x90)

Dilihat 0 kali

Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
Realitasnews.com - BADAN Kesehatan Dunia (WHO) kembali membuat pengumuman penting terkait virus corona yang masih menjadi pandemi global. Salah satunya mengingatkan para tenaga medis dalam menangani pasien COVID-19.
 
Dalam konferensi pers yang disiarkan langsung dari Swiss, pada 16 Maret 2020 lalu, WHO mengumumkan tentang adanya kemungkinan COVID-19 ini sifatnya menjadi aerosolis, atau menjadi partikel padat yang ada di udara.
 
Sifat ini disebutkan kemungkinannya bisa didapat dari prosedur medis yang menghasilkan aerosol dapat menyebabkan virus corona bisa tetap berada di udara lebih lama.
 
Kepala Unit Penyakit Baru dan Zoonosis WHO Dr Maria van Kerkhove, mengatakan, WHO sudah mengetahui tentang beberapa yang mengamati berbagai kondisi lingkungan, yang mana virus dapat bertahan. Termasuk studi penelitian yang menguji tentang prosedur yang menghasilkan aerosol.
 
“Kita tahu bahwa penularan melalui droplet adalah ketika tetesan itu keluar dari orang yang terinfeksi dan individu ketika mereka menempuh jarak tertentu, tetapi kemudian mereka menetap,” ungkap dokter Maria, seperti dikutip Mothership, Senin (23/3/2020).

Tetapi, lanjutnya, prosedur yang menghasilkan aerosol itu umumnya ada di fasilitas perawatan medis. Kemungkinan besar ada aerosolize, atau partikel ini bisa bertahan di udara dengan waktu yang sedikit lebih lama.
 
Nah, untuk prosedur medis yang menghasilkan aerosol tersebut kira-kira dari mana saja? Menurut 
pedoman dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nasional Departemen Kesehatan, prosedur tertentu dalam konteks medis dianggap sebagai prosedur penghasil aerosol tersebut contohnya termasuk intubasi dan bronkoskopi.
 
Terkait kemungkinan di atas, maka dari itu WHO mengingatkan para tenaga medis sangat penting untuk melakukan tindakan pencegahan penularan, juga dengan transmisi COVID-19 melalui udara tersebut.

Di samping tindakan pencegahan standar terhadap penularan melalui droplet atau tetesan. WHO menegaskan, hanya para petugas medis lah yang perlu melakukan pencegahan ini.
 
Sedangkan orang biasa, hanya perlu melakukan etika standar ketika batuk atau bersih. Maria menegaskan kembali bahwa orang-orang tidak perlu memakai masker medis, kecuali kondisi tubuhnya tidak sehat.
 
Menutup konferensi pers, Maria mengemukakan bahwa ia yakin pedoman yang selama ini dimiliki WHO sudah layak.
 
“Kami percaya diri bahwa pedoman yang kami punya tersebut adalah pedoman yang layak,” pungkasnya.
 
(okezone.com)

Post a Comment

Disqus