/*-- Start Maintenance Template -- */ /*-- Akhir Maintenance Template -- */

Ads (728x90)

Dilihat 0 kali


Asahan,Sumutrealita.com

Pemkab Asahan bersama PemkoTanjungbalai dan LPPM Universitas Sumatera Utara menggelar seminar nasional tentang sedimentasi  di Sungai Asahan dan Sungai Silau,  Senin (13/1/2020) yang digelar di aula Hotel Sabty Garden Kisaran.

Dalam kesempatan ini tampak hadir perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, perwakilan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, perwakilan Menteri Perdagangan, perwakilan Menteri Perhubungan, Ditreskrimsus Kombes Pol Rony Samtana, Bupati Asahan, H Surya BCs, Walikota Tanjungbalai, Syahrial SH, Dandim 0208 Asahan, Letkol Sri Marantika Beruh, Ketua PN Kisaran, Ulina Marbun SH, Kapolres Asahan, AKBP Faisal F Napitupulu, Ketua DPRD Asahan, Baharuddin Harahap SH, Kajari Asahan, Anggota DPRD Sumut, Anggota DPRD Asahan dan undangan lainnya.

Sebagai Narasumber Prof Dr Ir Darma Bhakti MS, Prof Dr Tan Kamelo MH, Walid Ananti Dilimunte SIP, MA dan Prof Dr Ir Abdul Rauf MP dan Ditreskrimsus Kombes Pol. Rony Samtana, perwakilan Kementerian PUPR, Fatah Mohammad Zainal, perwakilan Kementerian Perhubungan, Edward Marpaung, perusahaan E Grow Bridnest (M) SDN BHD Ee Kok Hong dan Inisiator, Febriandi Saragih diberikan cinderamata oleh Bupati Asahan dan Walikota Tanjungbalai,

Inisiator, Febriandi Saragih dalam sambutannya mengatakan seminar ini dilatarbelakangi oleh buruknya kondisi eksisting sedimentasi Sungai Asahan yang meresahkan. Terdapat banyak kajian yang mendukung pernyataan ini, salah satunya adalah kajian dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sumatera Utara (LPPM USU) yang menyimpulkan bahwa timbulan sedimentasi disepanjang Sungai Asahan berkontribusi terhadap perusakan lingkungan, berdampak layunya ekonomi dan problematika sosial. Solusi dalam persoalan ini hanya dengan mengeruk sedimentasi, akan tetapi terdapat tantangan dan hambatan dan inilah yang akan kita cari solusinya.

"Sebelumnya kami telah berupaya untuk menyuarakan permasalahan ini kepada Pemerintah Pusat sebagai stekholder kunci problema ini. Namun demikian, sampai sekarang belum terlihat progres yang positif. Oleh karenanya, hari ini kami mengundang Kementerian yang terkait, jajaran Pemerintah Daerah, Akademisi dan masyarakat untuk hadir dan berdiskusi bersama dalam mencari solusi permasalahan yang kita hadapi", ujar Saragih.

Ditreskrimsus, Kombes Pol Rony Samtana menyampaikan Kapoldasu memandang seminar nasional ini memiliki nilai yang sangat strategis tentang bagaimana kita secara bersama-sama mencari solusi atas permasalahan sedimentasi yang telah ada puluhan tahun yang lalu. Kami hadir disini untuk menyampaikan beberapa poin-poin dari Kapoldasu yang nantinya mungkin bisa menjadi masukan maupun pertimbangan bagi kita sehingga kita mendapatkan beberapa poin strategis yang bisa menjadi rekomendasi kepada pihak-pihak terkait baik di daerah maupun di pusat.

"Jika saat ini kita berbicara tentang kondisi Sungai Asahan dan Sungai Silau, sebetulnya bisa kita pandang bentuk kegagalan dari hadirnya negara di Sungai Asahan dan Sungai Silau. Karena seharusnya negara dapat memastikan sendi-sendi kehidupan perekonomian sosial masyarakat dan juga dapat mensejahterakan rakyatnya dari berbagai literatur yang ada", ujar Rony.

Rony berharap normalisasi ini jangan dianggap sebagai sebuah kegiatan sesaat saja tetapi dapat berkelanjutan. Pemerintah juga diharapkan dapat bekerjasama dengan pihak swasta yang memiliki sumber anggaran yang tidak terikat dengan sistem penganggaran negara, tetapi tentunya pihak swasta akan meminta kompensasi.

Bupati Asahan menyampaikan bahwa seminar ini dilaksanakan karena jumlah tumpukan sedimentasi pada Sungai Asahan sudah sangat besar. Berdasarkan hasil penelitian balai pengkajian dan penerapan teknologi pada tahun 2013 bahwa volume sedimentasi sebesar 10.185. 308 meter kubik sehingga mengakibatkan pendangkalan sungai, daya tampung sungai yang menurun sehingga air meluap kepermukiman masyarakat dan terjadilah banjir pada waktu curah hujan tinggi.

Lanjut Bupati Asahan mengatakan bahwa pada tahun 2018, banjir Sungai Asahan terjadi 15 kali pada 6 titik dengan tinggi rata-rata genangan 80 cm, total luas areal pemukiman yang tergenang seluas 173. 910 meter kubik persegi dengan jumlah rumah sebanyak 2. 541unit, panjang jalan lingkungan yang rusak 9. 175 meter dan 3 unit jembatan rusak, sekolah  rusak 8 unit, penduduk sakit 78 orang dengan 10 kasus penyakit dan 500 nelayan terganggu perekonomiannya.

"Tingginya sedimentasi Sungai Asahan sangat mengganggu kelancaran aktivitas pelayaran kapal yang melintas di Pelabuhan Bagan Asahan dan Pelabuhan Teluk Nibung sehingga mempengaruhi minat investor untuk meningkatkan nilai investasinya," ujar Bupati Asahan.

Bupati Asahan berharap agar sedimentasi yang merupakan limbah dapat diubah agar menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis sehingga nantinya dapat mendongkrak perekonomian di Asahan sesuai arahan 5 fokus kerja Presiden tahun 2019 - 2024 yaitu pembangunan insfrastruktur dengan prioritas utama mengakselerasi nilai tambah perekonomian rakyat. (DS)

Post a Comment

Disqus