/*-- Start Maintenance Template -- */ /*-- Akhir Maintenance Template -- */

Ads (728x90)

Dilihat 0 kali


(Fhoto : Istimewa)
SIMALUNGUN, Sumutrealita.com - Peristiwa tenggelamnya KM Sinar Bangun di Perairan Danau Toba, Senin (18/6/2018) lalu menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga korban.
 
Bahkan seorang anggota keluarga korban mengutarakan kekecewaanya terhadap kapten kapal KMP Sumut yang saat itu membantu menyelamatkan beberapa korban.
 
Kekecewaan itu diungkapkan oleh seorang keluarga korban bernama Nelson Nainggolan, yang menganggap bahwa kapten kapal KMP Sumut II tega meninggalkan korban saat membutuhkan pertolongan.
 
Menurut Nelson Nainggolan, di dalam kapal KM Sinar Bangun terdapat 14 orang anggota keluarganya.
 
"Saya sudah melihat video yang beredar saat KMP Sumut II melintas dan melihat korban sedang terapung-apung. Seharusnya kapten kapal feri KMP Sumut II itu jangan meninggalkan keluarga kami yang membutuhkan pertolongan. Mereka bisa menyelamatkan lebih banyak nyawa orang saat itu," kata Nelson mengutip jakartaobserver.com.
 
Menurutnya, langkah penyelamatan korban oleh KMP Sumut II itu dilakukan tidak maksimal, padahal pada video tersebut tampak beberapa orang yang masih terapung dan meminta pertolongan.
 
"Ini sama sekali tidak manusiawi, mereka meninggalkan begitu saja entah apa alasannya. Sekali lagi kalau melihat video yang beredar itu seharusnya keluarga kami masih bisa diselamatkan dan korban lainnya juga," ucapnya.
 
Menurut video yang beredar, pada saat kejadian kapal KM Sinar Bangun tenggelam, KMP Sumut II sedang melintas persis di jalur kapal tersebut tenggelam.
 
Puluhan orang tampak terapung-apung, meminta tolong dan berusaha berenang menuju kapal KMP Sumut II untuk diselamatkan.
 
Namun tak semua korban yang terombang-ambing di air dapat diselamatkan.
Bahkan, tampak orang tersebut ragu-ragu melemparkan jaket pelampung ke kerumunan orang yang terombang-ambing tersebut.
 
Hingga hari keempat pencarian, Kamis (21/6/2018), hanya 18 orang yang selamat dan baru 3 mayat ditemukan.
 
Sedangkan penumpang yang dinyatakan hilang mencapai 192 orang.
 
Seorang Warganet pun turut mengunggah kemarahannya ke media sosial Facebook.
 
"Seorang nakhoda yg tak punya hati nurani. Masih bisakah anda bernafas dengan tenang setelah meninggalkan para korban yg menjerit minta tolong yg seharusnya masih bisa tertolong??TERLALU SADIS..." tulis akun Facebook Yulia Nainggolan, Kamis (21/6/2018).
 
Selain Yulia Nainggolan, sebuah akun Facebook Jetro Sirait juga turut mengunggah kekesalannya terhadap Kapten KMP Sumut II tersebut.
 
*Pembiaran Korban Mati Mengenaskan Merupakan Pembunuhan Terencana*
 
"Setiap memberangkatkan pesawat, maka hal utama yang harus diperiksa adalah keamanan dan kelayakan terbang. Karena kerusakan pada sistem akan berakibat fatal terhadap kenyamanan dan keselamatan penumpang dan kru."
 
"Begitu juga dengan pemberangkatan bus dan kapal mudik. Semua dijalankan dengan SOP demi keselamatan dan kenyamanan pemudik."
 
"Gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan. Jika kita gagal merencanakan sistem pengendalian dan pengawasan pelayaran serta sistem keselamatan dan keamanan pelayaran maka artinya kita telah merencanakan adanya korban apabila terjadi kecelakaan pelayaran."
 
"Undang-Undang No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran menyatakan bahwa “Pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim. Sedangkan keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhanan, dan lingkungan maritim”."
 
"Peristiwa yang terjadi di Danau Toba masih dalam lingkup arus balik Lebaran. Seharusnya ketika di Jawa, berbagai pihak berusaha keras untuk menjaga keamanan dan keselamatan pengguna moda transportasi, begitu juga hal yang sama harus dilakukan di Samosir dan seluruh daerah di Indonesia."
 
"Sangat tidak bisa diterima, tidak logis dan tidak masuk akal alasan pemberhentian sementara upaya penyelamatan karena alasan cuaca dan waktu yang sudah malam."
 
"Pada pukul 17.30, jelas kita lihat bahwa banyaknya korban yang berenang dan teriak minta tolong. Pada saat itu, tim hanya sanggup menyelamatkan puluhan orang. Pertanyaan muncul ketika tim menghentikan pencarian hanya karena alasan cuaca buruk. Dari situ kita tarik kesimpulan bahwa adanya pembiaran dari tim dan pemerintah kabupaten terhadap kejadian tersebut yang menghilangkan nyawa hingga ratusan orang. (data/ an. Komandan korem 022/pantai timur Sutan Lubis Letkol Inf NRP 522635. 166 orang dinyatakan hilang, 18 orang selamat dan 1 orang meninggal)."
 
"Seharusnya tim bisa menurunkan kapal besar untuk terus melakukan upaya penyelamatan. Menghentikan pencarian, sama halnya membiarkan korban mati mengenaskan sebanyak 166 orang (kedinginan, marjogal, pernapasan tersiksa, hingga terdampar begitu saja)."
 
"Melihat peristiwa memilukan seperti ini dapat terjadi di Danau Toba yang sedang digaungkan kembali sebagai objek wisata prioritas berskala internasional, maka bisa dibayangkan bagaimana kondisi sistem pelayaran kita di daerah lainnya di seluruh Indonesia."
 
"Menghadirkan BASARNAS di Samosir butuh 24 jam. Mengherankan bagi saya atas tindakan tersebut. Tugas BASARNAS bukan hanya mencari korban meninggal, tetapi tugas BASARNAS juga untuk menyelamatkan korban supaya tidak MATI."
 
"Yang pasti, kejadian ini bukan kelalaian, melainkan kesengajaan karena membiarkan berlayarnya kapal dengan kondisi yang tidak layak untuk berlayar dan adanya pembiaran dari tim terhadap korban."
 
"Berdasarkan UU No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, selain nakhoda dan pemilik kapal yang harus bertanggungjawab bahkan bisa dikenakan pidana karena kejadian yang menimbulkan korban jiwa ini, ada beberapa pihak lain yang juga harus bertanggungjawab. Mulai dari Syahbandar, Bupati dan Gubernur, Menteri Perhubungan serta Basarnas."
 
"Pasal 258 mengatakan, pemerintah bertanggungjawab melaksanakan pencarian terhadap kecelakaan/korban."
 
"Kiranya 166 korban yang hilang dapat ditemukan. Tuhan kiranya memberikan penghiburan."
 
"Foto nahkoda kapal deri yg membiarkan korban dirombang ambing di Danau Toba."
 
Kapten kapal feri KMP Sumut II diketahui bernama Dony Max Silalahi.
 
Kepada awak media di Simanindo, Kabupaten Samosir, Dony mengerti bagaimana perasaan keluarga korban kepada dirinya.
 
Dony pun meminta kepada anggota keluarga korban untuk mengerti posisinya pada saat peristiwa tersebut terjadi.
 
"Saya meninggalkan para korban karena situasi pada saat itu cuaca sedang buruk. Dan saya sebagai kapten kapal merasa punya tanggungjawab juga untuk menyelamatkan penumpang yang saya bawa," kata Dony Max Silalahi dikutip dari Jakartaobserver.com
 
Menurutnya pada saat itu penumpang juga sudah banyak yang pingsan ditambah cuaca yang semakin memburuk.
 
"Saya tidak mau korban bertambah banyak melihat situasi ini. Jadi saya mengambil keputusan untuk mengantarkan penumpang yang saya bawa ke pelabuhan. Itu pun setelah saya berkoordinasi dengan KMP Sumut I melalui radio yang segera datang ke lokasi kejadian untuk menyelamatkan para korban," ucap Dony.
 
Dony mengaku hanya dapat menyelamatkan korban sebanyak tiga orang saja.
 
"Ya kami hanya bisa selamatkan tiga orang," Ucap Dony.
 
"Percuma itu akan sia-sia sebab cuaca sangat buruk dan tidak ada waktu untuk menurunkan nya," tambahnya.
 
(tribunnews.com)

Post a Comment

Disqus